KUMPULAN DONGENG FABEL
1. Dongeng Si Kancil
dan Kerbau Dungu
Pada suatu hari ada seekor kancil
berjalan-jalan di sekitar ladang milik Pak Tani. Kancil menginginkan buah
ketimun milik Pak Tani. Tetapi Pak Tani selalu siaga dan berjaga-jaga mengawasi
kebunnya, sehingga sulit bagi kancil untuk mencuri ketimun.
Kancil berjalan mengendap-endap
menunggu Pak Tani lengah. Sampai siang hari, ia belum juga berhasil mendapatkan
kesempatan. Akhirnya ia pergi meninggalkan tempat itu. Di tengah perjalanan,
bertemu ia dengan seekor sapi.
“Hai sapi! Sedang apa kamu?” sapa
kancil. “Hai, aku sedang makan rumput, mari ke sini makan bersamaku!” Jawab
sapi sambil memamah rumput. “Terima kasih, tetapi aku tidak suka memakan
rumput.” Jawab kancil. Lalu kancilpun berkata, “Maukah kau kuberi ketimun?”"Ketimun?
Di mana ada ketimun?” tanya sapi. “Di sana, di
ladang milik Pak Tani!” Jawab kancil sambil menunjuk ke ladang Pak Tani. “Ooo…
milik Pak Tani, tidak ah aku tidak mau. Ketimun itu ditanam oleh Pak Tani, jadi
aku tidak mau mencurinya.” Sahut sapi menolak.
“Baiklah kalau kau tidak mau, aku
pergi dulu.” jawab kancil lalu pergi meninggalkan sapi. Baru beberapa langkah
kancil berjalan, bertemulah ia dengan seekor kambing. “Aduh lahap sekali kau
makan daun itu! Sampai-sampai lupa
tidak menawari aku?” sapa kancil. “Oh kau cil, kalau kau belum makan, ayo
makanlah bersamaku.” Seru kambing menawarkan. “Terima kasih, tetapi sayang aku tidak suka makan daun itu.”
Jawab kencil. “Kenapa kau tidak suka? Oh… aku tahu maksudmu, kau pasti takut
dimarahi Pak Tani kan? Pak Tani sudah memperbolehkan aku makan daun ini
sepuasnya, tetapi Pak Tani bepesan padaku jangan sampai merusak batang
pohonnya.” Kambing menjelaskan.
“Ya… ya, aku tahu itu. Tapi… hari ini aku ingin sekali makan
ketimun.” Sahut kancil. “O… kalau ketimun, Pak Tani melarangku untuk
mengambilnya. Karena buah ketimun itu akan dijual oleh Pak Tani ke pasar untuk
menambah penghasilannya.” Jelas kambing pada kancil. “Tapi aku ingin mengambil
beberapa buah saja…” kata kancil. “Terserah, kalau kau berniat mengambilnya.
Yang penting aku sudah memperingatkanmu.” Ucap kambing lagi.
“Ya sudah, aku mau pergi saja…”
kancil kembali berjalan untuk mencari kawan yang mau diajak mencuri ketimun.
Dia memang takut mencuri sendiri, karena sudah berkali-kali Pak Tani mengetahui
kalau ketimunnya dicuri oleh kancil. Pak Tani juga telah bersumpah bila nanti
dapat menangkap kancil saat mencuri ketimun, dia akan memenggal kepalanya. Oleh
karena itu kancil berusaha mencari kawan yang akan dijadikan teman mencuri
ketimun di ladang.
Sampailah kancil di pinggiran sebuah
kubangan. Ia melihat seekor kerbau yag sedang mandi lumpur. Di siang hari yang terik kerbau
memang sangat senang bermandi lumpur. “Hai kerbau! Sedang apa kau di situ?”
tanya kancil kepada kerbau. “Oh… kau Cil! Aku sedang mandi lumpur. Aku tidak
tahan panasnya siang hari ini.” Sahut kerbau. “Iih, bukankah kau bertambah
kotor dengan mandi di lumpur.” Seru kancil lagi. “Tidak, yang penting aku tidak
kepanasan. Kalau kau kepanasan ayo kemarilah kita mandi bersama!” ajaknya.
“Tidak, ah! Aku tidak mau badanku jadi kotor sepertimu.” Kata kancil
menolaknya. “Ya sudah, kalau kau tidak mau.” Sahut kerbau. “Apakah kau sudah
makan siang hari ini?” tanya kancil menyelidik. “Belum…, memangnya kenapa?
Apakah kamu mempunyai makanan yang banyak?” jawab kerbau. “Ada, di sana banyak
ketimun yang besar-besar.” “Lho, bukankah ketimun itu milik Pak Tani.” Sahut
kerbau.
“Ya, memang ketimun itu milik Pak
Tani, tapi kita kan hanya ingin mengambil beberapa buah
saja. Kalau kau mau, ayo sama-sama kita ke sana!” bujuk kancil kepada kerbau.
“Nanti…, biar aku saja yang memetik, kamu hanya berjalan saja melewati ladang,
supaya Pak Tani tidak curiga. Dan aku akan berjalan di sebelahmu agar tak
terlihat oleh Pak Tani.” “Baiklah, mari kita ke sana sekarang,” kata kerbau
menyetujui.
Mereka berdua lalu berjalan bersama
menuju ladang ketimun milik Pak Tani. Kancil berjalan di balik tubuh kerbau
yang besar itu, sehingga yang tampak oleh Pak Tani hanya kerbau yang melintas
di pinggir ladang. Pak Tani tidak merasa curiga sedikitpun, karena kerbau
memang belum pernah mencuri ketimun ataupun merusak ladang miliknya. Ketika Pak
Tani lengah, dengan cepat kancil memetik beberapa buah ketimun yang
besar-besar. Setelah berhasil merekapun memakan buah ketimun itu di suatu
tempat yang sepi.
“Kau cerdik sekali, Cil! Pak Tani pasti tidak tahu kalau kau
mencuri ketimun itu. Karena yang dilihatnya cuma aku yang sedang berjalan
sendirian.” Ucap kerbau kagum kepada akal bulus kancil. “Ya memang, makanya aku
mengajakmu.” Sahut kancil dengan bangga. “Keesokan harinya, kancil dan kerbau
mengulangi perbuatan itu lagi bersama-sama. Dalam sehari saja mereka telah
mencuri sebanyak tiga kali atau lebih. Lama kelamaan Pak Tani pun mulai curiga
melihat kerbau yang makin sering berjalan melewati ladang miliknya. Setelah
kerbau lewat, Pak Tani memeriksa buah ketimun yang sebentar lagi akan dipanen.
“Oh….” Pak Tani terkejut.” Buah
ketimunku yang besar-besar banyak yang hilang. Apa mungkin kerbau yang
mencurinya, sebab beberapa hari ini hanya kerbau yang terlihat melewati ladang
ini.” Ujar Pak Tani menduga-duga. “Awas kau kerbau!” Ancam Pak Tani. “Kancil
saja sudah tak berani mencuri ketimunku. Kau malah berulangkali mencuri. Bila
nanti kau tertangkap olehku, kau akan kuhukum yang berat.”
Hari berikutnya kancil dan kerbau
kembali beraksi. Namun Pak Tani sudah siap dengan tambang dan pecut untuk
menangkap kerbau. Ketika kerbau terlihat melintas di ladangnya, perlahan-lahan
Pak Tani mendekatinya. “Ssstt… kancil, Pak Tani berjalan ke arah kita.” Ujar
kerbau. “Ya… tenang saja, aku sudah dapat beberapa buah.” Ucap kancil tak
peduli. “Kalau Pak Tani tahu bagaimana?” tanya kerbau yang mulai takut. “Tidak
usah takut! Ini bagianmu, aku akan menaruh bagianku dulu disana. Dan kau jalan
perlahan saja, agar Pak Tani tidak curiga.” Ujar kancil lalu berlari kencang
meninggalkan kerbau. “Hai! Mau ke mana kau!” cegah Pak Tani di hadapan Kerbau.
“Aku mau ke sana Pak Tani!” sahut kerbau pelan. “Oh… rupanya kamu yang selama
ini telah mencuri ketimunku. Pantas saja akhir-akhir ini kau sering hilir mudik
melewati ladangku.” Tegur Pak Tani marah. “Bu… bukan aku yang mencurinya Pak
Tani. Tetapi kancillah yang telah mencuri ketimunmu.” Sahut kerbau mengelak.
“Itu yang kau bawa apa? Bukankah itu ketimun dari ladangku?” Pak Tani semakin
marah. “Ya…, ini memang ketimun milikmu Pak Tani, tetapi kancil yang
mencurinya, dan aku diberi sebagian olehnya. Lalu ia pergi membawa bagiannya.”
“Tidak mungkin, kancil sudah tidak
lagi berani mencuri ketimunku. Lagian beberapa hari ini hanya kau yang kulihat
melintas di sini,” kata Pak Tani yang tidak mempercayai ucapan kerbau.
“Sekarang sebagai hukumanmu, kamu harus mau membajak sawah-sawahku di sana!”
perintah Pak Tani. “Baiklah Pak Tani, kalau memang itu keputusanmu, aku
menurut.” Sahut kerbau kemudian. Pak Tani lalu mengikat leher kerbau dengan
tambang agar tidak lari dari hukuman. Sejak itulah setiap hari kerbau mulai
membajak sawah Pak Tani. Setelah selesai membajak sawah, barulah kerbau diberi
makan oleh Pak Tani.
Dahulu kala, di suatu danau di kota Magdha, hidup
seekor kura-kura. Dua ekor angsa undan juga hidup di dekat sana. Mereka bertiga
adalah teman yang sangat akrab.
Pada suatu hari, beberapa nelayan tiba di sana dan
berkata, “Kita akan datang ke sini besok pagi dan menangkap ikan dan
kura-kura.”
Pada waktu kura-kura mendengarnya, dia berkata kepada
angsa-angsa undan, ” Apakah kalian dengar apa yang dikatakan nelayan-nelayan
tadi. Apa yang akan kita lakukan sekarang?’
“Kami akan melakukan apa yang terbaik”. “Saya sudah
pernah melewati waktu yang sangat mengerikan dahulu”, kata kura-kura. “Jadi
bisakah engkau membantu saya pergi hari ini ke danau yang lain?”
“Tapi itu tidak aman untuk kamu dengan merangkak ke
danau yang lain”, kata angsa-angsa undan.
“Baik, kamu bisa mengangkat saya ke sana dengan
menumpang dua di antara kamu” jawab kura-kura sambil merasa bahagia sekali
dengan dirinya sendiri.
“Bagaimana kita bisa melakukannya?” Tanya angsa-angsa
undan.
“Masing-masing bisa memegang ujung kayu di paruhmu
sementara saya memegang kayu tengahnya di mulutku. Kemudian jika kamu terbang,
saya bisa ikut dengan kamu”, kata kura-kura.
“Rencana yang bagus sekali”, kata angsa-angsa undan.
“Tapi ini juga sangat berbahaya karena kalau kamu membuka mulutmu untuk bicara,
kamu akan terjatuh.”
“Apakah kamu mengira saya begitu bodoh?” Tanya
kura-kura.
Kemudian pada waktu angsa-angsa undan itu terbang
sambil mengangkat temannya si kura-kura di kayu, mereka terlihat oleh beberapa
orang penggembala sapi yang berada di bawah.
Karena terkejut, para penggembala itu berkata,
“Sesuatu yang aneh, lihatlah! Angsa-angsa undan sedang membawa kura-kura ke
suatu tempat.”
“Wah, kalau kura-kura itu jatuh kita akan
memanggangnya”, kata salah satu gembala sapi.
“Saya akan memotong dia menjadi bagian-bagian kecil
dan memakannya” kata yang lain.
Mendengar kata-kata yang begitu kasar dari para
gembala sapi, kura-kura lupa di mana dia sedang berada kemudian berteriak
dengan marah, “Kamu akan makan abu.”
Pada saat dia membuka mulutnya, ia kehilangan
genggamannya dan dia pun jatuh terpelanting ke tanah dan langsung disambar oleh
gembala sapi kemudian dibunuh.
Angsa-angsa undan dengan sedih melihat kehancuran
teman mereka (si kura-kura) dan dengan putus asa mengharap bahwa dia seharusnya
mendengar nasihat mereka untuk tidak membuka mulutnya.
Oleh karenanya, nasehat yang baik itu tidaklah
ternilai harganya.
3.
Kura-kura dan
Sepasang Itik
Seekor
kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya,
dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras
kura-kura itu berusaha. Ada
yang mengatakan bahwa dewa Jupiter
telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih
senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter,
walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.
Setelah
bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar
suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat
burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana
kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa
sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat
sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah
pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika
berjalan.
Suatu
hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya.
"Kami
dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut.
"Berpeganglah pada kayu ini
dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas
langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus
diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."
Kura-kura
tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut
erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung
kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.
Saat
itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang
dilihatnya dan berkata:
"Kamu
pastilah Raja dari kura-kura!"
"Pasti
saja......" kura-kura mulai berkata.
Tetapi
begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia
kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia
akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.
Rasa
ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.
4.
Dua Ekor Kambing
Dua
ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah
pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan
masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang
sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk
menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah
kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan
selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan
membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua
kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka
tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu
kepada kambing lainnya.
Saat
salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun
tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya
keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah
dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing
tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat
deras di bawahnya.
Lebih
baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
5.
MUJAIR DAN MERAH
Di sebuah hutan, terdapat rawa yang
dihuni oleh beberapa jenis ikan. Di antaranya adalah sekelompok ikan mujair
yang hidupnya sangat tenteram dan bahagia. Namun ketenangan mereka terganggu
sejak seekor ular merah, atau si Merah sering mencari mangsa di tepi sungai. Ular selalu memakan apa pun yang
dapat ia makan, termasuk ikan mujair yang hidup di sungai.
Suatu hari ular sedang berjalan
dengan perut lapar. Kebetulan semalam hujan turun dengan deras, sehingga air
sungai meluap.
“Ah…karena sungai banjir, semua
makananku pasti habis terbawa arus sungai,” keluh si Merah. Matanya berusaha
mengawasi rawa-rawa sambil tetap berjalan pelan. Matanya bersinar ketika
melihat seekor anak mujair ada
di rawa. Dengan sigap si Merah menangkap anak mujair dan memakannya. Setelah si
Merah kenyang, ia segera pulang ke rumahnya. Sementara itu orang tua ikan
mujair sangat sedih setelah tahu kalau anaknya dimakan oleh si Merah. Beberapa
hari kemudian si Merah kembali datang ke rawa dengan tujuan mencari makan
untuknya juga untuk anak-anaknya. Tiba-tiba muncullah ayah mujair.
“Hai, Merah. Mengapa kau memangsa
anakku? Apakah kau lupa akan perjanjian kita, bahwa di
antara ikan dan ular tidak boleh saling memangsa?” Si Merah segera teringat
sebuah perjanjian yang pernah dijelaskan oleh ibunya. Antara ular dan ikan
memang tidak boleh saling memangsa. Kalau ada yang melanggar, maka ia akan
celaka.
“Aku ti…tidak lupa !” jawab si Merah
takut. “Lalu kenapa kau memakan anakku?” si Merah tidak dapat menjawab. Seluruh
tubuhnya benar-benar gemetar. Ia takut kalau nanti akan mendapat celaka karena
telah melanggar perjanjian. “Sebagai gantinya kau harus menyerahkan salah satu
anakmu pada kami. Hutang nyawa harus dibayar nyawa!”. “Baiklah, aku akan
serahkan anakku.”
Keesokan harinya ular datang kembali
sambil membawa salah satu anaknya. Dengan sangat terpaksa ia menyerahkan
anaknya itu pada ikan mujair. Untunglah ikan mujair tidak membunuh anak ular
itu. Ikan mujair hanya mengurung anak ular itu dan suatu saat akan dikembalikan
lagi kepada induknya. Mulai saat itu si Merah tidak berani lagi memakan ikan
mujair. Ia juga selalu mengingatkan anak-anaknya agar tidak memangsa ikan mujair.
6.
KEANGKUHAN SI REULI
Pagi terasa damai ketika
terdengar riuhnya suara kokokan ayam. Seekor burung merak bernama Reuli dengan beberapa
temannya berkumpul untuk mencari makan. Belum lama mereka berkumpul, datanglah seekor elang yang dikenal
dengan sebutan Pangeran Satria, wajahnya sangat tampan dan berhati emas.
Hampir seluruh burung betina sangat mengaguminya. Begitu juga dengan Reuli.
Kedatangan Satria beserta dayang-dayangnya rupanya membawa kabar bahwa Pangeran
Satria hendak mencari pendamping.“Aku tidak membutuhkan kecantikan dan keanggunan. Hanya yang berhati tuluslah yang akan menjadi pendampingku!” kata Pangeran. Mendengar itu, hati Reuli berbunga-bunga. Ia yakin akan terpilih menjadi pendamping Pangeran. Ia merasa memenuhi persyaratan yang diajukan Pangeran. Namun Reuli tidak sadar kalau ia mempunyai saingan yang cukup berat, yaitu si Utari, seekor burung merpati. Memang wajahnya tidak terlalu cantik tetapi ia sangat baik hati. Sering Reuli menghina Utari. Namun Utari terus bersabar.
Ketika tiba hari penentuan pendamping untuk Pangeran Satria, Reuli berdandan dengan sangat berlebihan. Kemudian segera bersiap menyambut kedatangan Pangeran. Namun rupanya sudah banyak temannya yang menanti Pangeran, bahkan hingga berdesakan. Reuli yang angkuh pun tidak mau kalah. Ia segera mendesak teman-temannya agar bisa sampai pada barisan terdepan. Ia tidak sadar, karena berdesakan itulah, bulu-bulu indahnya berubah menjadi sangat kotor. Tubuhnya berbau sangat tidak enak. Banyak temannya yang menjauh karena tidak tahan mencium bau tubuh Reuli. Begitu juga Pangeran, ia segera pergi menjauhi Reuli. Reuli sangat kaget. Ia hanya bisa menangis memandang kepergian Pangeran.
Seluruh burung telah memperkenalkan diri pada Pangeran. Namun tidak ada satu pun yang berkenan di hati Pangeran. Ketika Pangeran bingung hendak memutuskan calon pemdampingnya, datanglah Utari yang langsung memperkenalkan diri. Rupanya Pangeran terpesona oleh keramahan, kelembutan, dan kerendahan hati Utari. Ia pun memutuskan untuk menjadikan Utari sebagai pendampingnya. Mendengar keputusan Pangeran, Reuli sadar kalau kecantikan yang selama ini dibanggakannya ternyata tidak berarti. Ia lalu meminta maaf pada Utari atas sikapnya selama ini. Ia juga berjanji akan berusaha mengubah sikap buruknya. Ia juga akan belajar rendah hati dan bersabar untuk melengkapi kecantikan yang telah dimilikinya.
7.
LEBAH DAN SEMUT
Dahulu pada zaman Nabi
Sulaiman, hidup banyak sekali lebah. Salah satu di antaranya adalah Dodo. Dodo
adalah anak lebah yang telah ditinggal mati ibunya. Waktu itu ibunya meninggal
digigit kalajengking. Kini ia hidup sebatang kara. Oleh karena itulah ia
memutuskan untuk hidup mengembara. Hingga akhirnya ia tiba di gurun pasir yang
luas. Di tengah gurun itu Dodo merasa haus dan lapar.“Aku harus segera mencari makan dan air, tapi aku harus mencari di mana?” pikir Dodo. Tetapi Dodo tidak mau menyerah. Ia bersikeras mencari makanan dan air. Setelah cukup lama terbang, dari kejauhan Dodo melihat air dan makanan. Namun setelah mendekat, ternyata yang dilihatnya hanyalah hamparan pasir yang luas. Maka dengan kekecewaan, Dodo kembali terbang menyelusuri gurun. Tidak berapa lama kemudian ia bertemu dengan seekor semut yang sedang kesusahan membawa telurnya. Dodo pun mendekati semut itu.
“Hai, semut. Siapakah namamu?”
“Namaku Didi. Namamu siapa?”
“Aku Dodo. Kamu mau jadi sahabatku?” Didi mengangguk senang.
“Baguslah! Kalau begitu mari kita mencari air dan makanan bersama?” Didi kembali mengangguk.
Mereka bergegas pergi untuk mencari makanan. Setelah cukup lama menyusuri gurun, mereka menemukan sebuah mata air yang berair bersih dan segar. Di samping mata air itu terdapat sebatang pohon kurma yang berbuah lebat dan sangat manis. Didi dan Dodo sangat gembira. Mereka segera minum dan makan sepuasnya.
Setelah mereka benar-benar kenyang, mereka segera mencari tempat tinggal. Dua hari kemudian mereka menemukan tempat tinggal yang menurut mereka tepat. Yaitu di sebuah padang rumput yang luas. Mereka tidak akan kekurangan makanan karena di tepi padang rumput itu terdapat banyak pohon buah-buahan dan sebuah mata air yang sangat bersih. Didi dan Dodo hidup dengan rukun. Semakin hari persahabatan mereka semakin erat. Mereka pun hidup dengan aman, tenteram dan bahagia.
8.
KEHARUAN SEEKOR ANJING
Pagi yang begitu patah
dengan rasa si Anjing dalam menanamkan hatinya pada kupu-kupu yang sedang
menari-nari di taman saat si Anjing menjaga rumah majikannya yang bernama pak
Bolot. Keharuan si Anjing datang di saat tarian kupu-kupu semakin indah dan
semakin lucu.Si Anjing mencoba untuk menirukan tarian kupu-kupu, namun tidak dapat dicapainya. Anjing berkata.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?” kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba menirukan kupu-kupu tetapi ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si Anjing, lalu mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat cantik.” Jawab si Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama kemudian turunlah hujan. Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari tempat berteduh.
Setelah beberapa hari. Si Anjing merusak taman di sekitar rumah pak Bolot, agar si Kupu bersama teman-temannya tidak lagi dapat menari-nari di taman. Setelah beberapa lama, datanglah si Kupu bersama teman-temannya. Si Kupu melihat si Anjing yang sedang merusak taman menjadi marah.
“Tunggu…, kenapa kamu merusak taman disini?” tanya si Kupu
“Memangnya kenapa? Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!” pertengkaran semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan wajah marah karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian mengaku kalau ia yang merusak taman. Ia juga memberikan alasannya. Ternyata si Anjing telah menganggap kalau kupu-kupu telah mencuri madu yang ada pada bunga. Pak Bolot tersenyum, ia kemudian menjelaskan bahwa kupu-kupu tidak mencuri madu. Pandai menari, terbang dan menghisap madu adalah kodrat setiap kupu-kupu. Si Anjing kini sadar akan kesalahannya. Ia segera minta maaf pada si Kupu dan teman-temannya, maupun pada pak Bolot.
9.
SI MONYET YANG NAKAL
Di sebuah hutan, tinggallah
seekor monyet yang sangat nakal dan suka membuat kerusuhan. Dia bernama Moli.
Suatu hari Moli sedang berebut makanan dengan monyet lainnya. Padahal makanan
itu bukan milik Moli, tetapi ia tetap berniat untuk mendapatkannya.“Hai, Moli. Jangan kau merebut makananku. Kenapa kau suka mengambil milik orang lain?”
“Biar saja, memangnyatidak boleh.terserah saya, dong!” akhirnya monyet pemilik makanan itu mengalah kemudian monyet itu pulang dan menceritakan sikap Moli kepada warga di hutan. Monyet itu juga menasehati warga hutan agar tidak berteman dengan Moli dan menjauhi Moli yang nakal.
Sejak saat itu Moli merasa kesepian karena tidak ada satu hewan pun yang mau berteman dengannya. Beberapa hari kemudian Moli bergegas pergi meninggalkan hutan. Ia berharap dapat memperoleh teman di daerah lain. Sepanjang jalan Moli sangat murung. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seekor burung. Burung itu sangat heran meilat kemurungan Moli.
“Hai, teman. Mengapa wajahmu sangat murung?” sapa burung itu.
“Saya pergi dari huta. Karena semua hewan di huta selalu menganggapku jahil dan suka menang sendiri!” jawab Moli.
“Tidak uash sedih, saya bisa membantumu.” Burung pun menasehati Moli agar tidak mengulangi kesalahannyadan menghindari sifat nakalnya. Tetapi Moli tidak memperdulikan nasehat burung. Moli justru merasa tersinggung, kemudian ia segera pergi meninggalkan tempat itu.
Sewaktu Moli melanjutkan perjalanan, ia bertemu dengan monyrt yang pernah diganggunya. Tetapi Moli enggan meminta maaf, ia malah membuat keributan lagi dengan monyet itu. Mereka pun saling adu mulut hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara mereka. Di tengah pertengkaran yang kemudian berlanjut pada perkelahian, Moli jatu terpeleset ke jurang yang sangat dalam. Mulai saat itu tidak terdengar lagi kabar Moli, si monyet yang nakal.sepeninggal Moli, suasana dalam hutan terasa aman tenteram dan damai.
10. KECERDIKAN
MENUMBUHKAN KEBAIKAN
Di sebuah gurun pasir,
hiduplah ular dan tikus pasir. Sebenarnya ular sangat ingin memangsa tikus.
Sedangkan tikus berusaha mencari akal agar ular tidak lagi berniat memangsanya.
Saat itu ular sangat lapar, padahal ia sedang tidak mempunyai sedikit pun
makanan. Sedangkan tikus yang berada tidak jauh dari ular sedang asyik melahap
makanannya. Ular merasa tidak senang melihat kelakuan tikus.“Dengarkan ucapanku, wahai, tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang mungil dan lezat itu!” teriak ular mengancam tikus.
“Hei, Ular. Berusaha dan bekerjalah. Jangan hanya berani mengancam. Kalau hanya mengancam, seekor semut pun bisa!” ular sangat marah mendengar ejekan tikus. Ia lalu kembali ke sarangnya dengan perut yang lapar. Sedangkan tikus masih lahap dengan makanannya.
Waktu terus berjalan, tetapi ular tidak juga menemukan makanan. Ia juga enggan untuk keluar dari sarangnya. Sementara itu tikus sudah lelap dalam sarangnya. Ular yang masih dalam keadaan lapar segera mengandap-endap mendekati sarang tikus meski ia masih sangat kesal terhadap tikus. Dan kini ular telah berada di sisi tikus yang sedang tidur pulas.
“Hei, Tikus. Aku sudah berada di sebelahmu dan siap untuk menyantapmu!” kata ular mengagetkan tikus. Tikus segera terbangun dari tidurnya. Sambil berpura-pura menguap, ia mulai memutar otak agar bisa lolos dari cengkraman ular.
“Tunggu dulu Ular, sahabatku. Kalau kau ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kita hanya berdua di sini, tidak ada hewan lain. Jika kau memakanku maka kau akan sendiri. Kau tidak akan mempunyai teman yang dapat kauajak mencari makan. Kalau begitu kau tidak akan makan dan akhirnya kau akan mati!” sejenak ular terdiam. Ia mencoba merenungkan nasehat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?”
“Tentu. Bukankah kita bisa berteman dan tentunya kita dapat mencari makan bersama. Bukankah itu lebih menyenangkan daripada nantinya setelah kau memakanku kau hanya akan hidup sendiri.” Ular mengangguk tanda mengerti.
“Baiklah kalau begitu maafkan aku!” Tikus pun memaafkan ular. Mereka tersenyum bahagia, kemudian beranjak mencari makanan bersama-sama.
11. PERTOLONGAN MEMBAWA
BAHAGIA
Di sebuah tembok rumah yang
indah, terdapat beberapa ekor cicak yang sedang melata. Salah satunya adalah
cicak buruk rupa yang nasibnya selalu malang. Ia selalu diejek oleh
teman-temannya.Suatu hari, ia merambat pada sebuah dinding sambil merenung. Berbagai bayangan dan impian menyatu dalam pikirannya.
“Kenapa nasibku begitu malang? Kenapa semua teman-temanku selalu membenciku? Akankah aku bahagia seperti hewan lain?” kata cicak. Tiba-tiba datang seekor nyamuk, sahabat cicak.
“Kenapa kau murung, wahai cicak?” tanya nyamuk khawatir
“Nyamuk sahabatku, kenapa aku merasa selalu malang?”
“Cicak, sebenarnya kau diciptakan penuh kelebihan. Kau dapat merambat di dinding tanpa jatuh. Kau dapat mengecoh lawanmu dengan memutus ekormu saat kau ada dalam bahaya. Mengapa kau masih saja bersedih?”
“Aku tidak disukai teman-temanku karena aku berwajah buruk!”
“Tenanglah, teman! Semuanya pasti akan berakhir, asalkan kau sabar.” Nyamuk terus menghibur hati cicak.
“Terima kasih kau telah membuatku kembali bersemangat.” Nyamuk hanya tersenyum. Kemudian pergi meninggalkan cicak.
Cicak pulang dengan hati yang tenang. Dalam hati ia berjanji untuk tidak menyakiti nyamuk, apalagi memakannya. Di tengah jalan, ia melihat rombongan teman-temannya yang sedang mencari makanan, yaitu nyamuk. Cicak berusaha mencegah. Ia takut kalau nyamuk sahabatnya akan menjadi mangsa teman-temannya. Namun, teman-teman cicak justru marah ketika mendengar larangan cicak. Cicak pun menggunakan berbagai cara untuk mencegah teman-temannya.
“Nyamuk-nyamuk itu juga berhak hidup seperti kita. Jadi kita tidak berhak merampas kehidupan yang diberikan Tuhan pada nyamuk nyamuk itu. Bukankah kita bisa mencari makanan yang lain, yang tidak merugikan makhluk lain?” mendengar itu, cicak-cicak sadar kalau selama ini mereka telah berbuat salah. Mereka segera meminta maaf pada cicak. Dan mereka berjanji tidak akan menyakiti, bahkan memakan nyamuk lagi. Cicak merasa puas. Ia bisa menyadarkan teman-temannya, juga melindungi nyamu, sahabatnya. Hari ini cicak sangat senang, karena hari ini ia dapat berguna bagi makhluk lain.
12. KATAK DAN SIPUT
Di sebuah sungai terdapat
sekelompok katak yang sedang berenang. Salah satunya bernama Kungkong. Kungkong
mempunyai sifat baik hati. Suatu haru Kungkong bertemu dengan Pori, siput yang
hendak menyeberangi sungai. Padahal air sungai sedang meluap.Kungkong pun
berniat memberi bantuan.“Hai Pori, apakah kau membutuhkan bantuanku?”
“O…aku tidak membutuhkan bantuanmu!”jawab Pori.
“Maaf jika kau merasa tersinggung, Pori.”
“Tidak, aku tidak tersinggung. Aku hanya akan membuktika kalau aku bukan hewan lemah yang setiap saat perlu kau tolong!” jawab Pori sinis.
Dengan berjalan pelan-pelan, Pori mulai menunjukkan kehebatannya pada Kungkong. Namun tanpa disangka, tubuh pori terseret arus sungai yang cukup besar. Pori berteriak minta tolong
“Tolong, tolong aku!” Kungkong yang telah pergi meninggalkan Pori mendengar teriakan Pori. Sejenak ia terdiam sambil berusaha menangkap suara minta tolong yang datang dari arah sungai. Kungkong berniat menolong, kemudian ia pun berlari menuju sungai.
Namun rupanya di tepi sungai sudah banyak hewan, termasuk teman-temannya. Kungkong pun mengajak teman-temannya untuk menyelamatkan Pori.
“Untuk apa kita menyelamatkan Pori yang sombong dan tidak tahu terima kasih itu?” jawab teman-temannya.
Dengan tekad yang bulat, kungkong menyelam dalam sungai seorang diri. Ia berusaha mencari Pori yang ternyata ada di dekat bebatuan. Kungkong segera membawanya ke darat.
Setelah sadar dari pingsannya, Pori mengucapkan banyak terima kasih pada kungkong. Ia juga meminta maaf atas perbuatannya. Pori juga merasa malu karena telah menghina maksud baik Kungkong. Kungkong juga meminta maaf kata-katanya telah menyakiti hati Pori. Mereka tersenyum bahagia. Mulai saat itu Kungkong dan Pori menjadi sahabat yang sangat erat.
13. SEMUT DAN LEBAH
Di sebuah taman tinggallah
seekor semut dan lebah. Mereka ingin sekali berebut kemenangan. Pada pagi yang
cerah ketika lebah sedang terbang ke sana-kemari, dia baru menemukan ide untuk
mempersiapkan kemenangan lomba dengan semut.Lebah berkata,”Hai, semut aku sudah punya ide. Bagaimana kalau kita berlomba mencari madu yang ada di taman ini?”
Semut menjawab,”Oke, aku setuju.”
Pada waktu perlombaan dimulai, semut berbuat curang. Dia memanggil teman-temannya untuk menempatkan dirinya masing-masing di beberapa pohon. Ketika lebah sudah menemukan madu di sebuah pohon, dia sangat bahagia. Lebah merasa dirinya yang paling hebat dan cerdik, tapi dia terkejut ketika melihat seekor semut sedang menghisap madu di pohon itu. Lebah merasa dipermainkan.
Semut berkata.”Hai, lebah kau sekarang kalah dalam perlombaan ini, akulah yang paling hebat dan cerdik dari kamu, karena akulah yang lebih dulu menemukan madu di pohon ini.” Walaupun lebah kalah, dia tidak mudah putus asa, dia terus berjuang.
Pada suatu hari, lebah terbang ke sana-kemari mencari makanan. Tapi ketika lebah terbang di dekat sarang semut, dia mendengar dan melihat sekelompok semut sedang membicarakan perlombaan dengan lebah dan berniat jahat untuk mengalahkan lebah. Lebah baru tahu apa yang dilakukan semut dalam perlombaan ini.
Ketika siang hari yang cerah, lebah membalas perbuatan kepada semut. Lebah memanggil teman-temannya untuk menghancurkan sarang semut. Dengan tiba-tiba sekelompok lebah menyerbu sekelompok semut. Akhirnya semut menyerah kepada lebah. Karena semut takut kalau rahasianya akan terbongkar, dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semua ini. Semut sadar kalau selama ini dia telah berbuat tidak baik kepada lebah, dia langsung meminta maaf. Lebah juga minta maaf dan dia juga memaafkan semut. Akhirnya mereka berjanji akan selalu menjadi sahabat yang baik dan setia.
14. HARIMAU YANG
TERJERUMUS
Di sebuah hutan, tinggallah
binatang-binatang yang kehidupannya aman dan tenteram. Tetapi sejak kedatangan
harimau buas, sering terjadi kerusuhan di hutan karena harimau itu sering
mengacau. Namun ada satu binatang yang berani menentang harimau, yaitu Pena si
kucing jantan.Sampai suatu hari, harimau yang biasa dipanggil Harim, membuat keributan di rumah Pena. Pena yang melihat kalau Harim sedang mengacau di rumahnya. Ia merasa sangat kasihan pada orang tuanya karena itu ia segera mengambil tindakan. Pena berusaha mengalih kan perhatia Harim
“He..Harim, keluarlah, kalau kamu jantan kejarlah aku!” Pena sengaja berkata dengan keras.
Mendengar teriakan Pena Harim merasa ditantang. Ia pun segera keluar dari rumah Pena dan mulai mengejar Pena yang telah berlari cukup jauh. Sedangkan itu Pena yang sedang dikejar Harim berusaha mencari ide untuk membuat jera Harim. Tidak terasa mereka telah sampai di tengah hutan. Ketika melihat sumur tua di tengah hutan, Pena pun mendapat ide. Ia sangat yakin kalau harimau yang kelihatannya parkasa dan menakutkan belum tentu mempunyai otak yang cemerlang.Pena segera berhenti ketika sampai di tepi sumur.
“Sekarang kamu mau kemana, ha?” kata Harim sambil memamerkan giginya
“Tunggu dulu Harim! Kalau kau mau memangsaku, kau harus kalahkan dulu temanku yang hendak menantangmu. Dan temanku itu bersembunyi dalamsana.” Kata Pena sambil menunjuk pada sumur tua itu.
Kemudian Harim mendekati sumur dan ia segera menunjukkan giginya yang runcing. Tapi alangkah kagetnya Harim, karena hewan yang ada dalam sumur itu mengikuti gerakannya dengan sangat mirip. Harim memamerkan cakarnya yang tajam, tapi hewan itu juga menirukannya dengan persis. Kini Hari sangat marah . tanpa berpikir panjang ia segera melompat masuk dalam sumur. Dan tidak lama kemudian Harim telah mati.
Pena tersenyum puas karena dapat mengelabuhi Harim. Sebenanya ia tidak tega. Tetapi itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya pada binatang penghuni hutan. Karena kecerdikannya itu, ia di kenal sebagai hewan yang cerdik, pandai, cerdas dan pemberani.
15. PATIH BUAYA YANG
KORUPSI
Di sebuah sungai, tinggallah
sekelompok buaya yang dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana. Raja
buaya selalu memikirkan kehidupan rakyatnya, sehingga raja sangat disayangi dan
dicintai rakyatnya. Rakyat buaya pun hidup makmur dan tenteram.Pada musim penghujan, keadaan buaya sedang menderita karena banjir melanda sungai. Rakyat buaya kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Melihat rakyat buaya menderita, raja merasa harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Semakin hari raja semakin prihatin melihat pemderitaan yang dialami rakyatnya. Akhirnya raja memutuskan untuk membagikan makanan yang disimpannya untuk berjaga-jaga sewaktu musim hujan tiba. Dengan segera raja mengutus kedua patihnya untuk membagikan makanan itu pada rakyatnya secara adil. Kedua patih kepercayaan raja buaya dengan senang hati menerima titah rajanya.
Kedua patih itu segera membagi-bagikan makanan seperti apa yang diperintahkan raja. Namun pada waktu itu patih Karta melihat patih Narta mengurangi setengah dari makanan yang akan dibagikan pada rakyat.
“Hai, Patih Narta. Kenapa kau memakan sebagian makanan yang seharusnya diberikan pada rakyat?” Namun rupanya patih Narta tidak mempedulikan larangan patih Karta. Ia bahkan mengatakan kalau patih Karta iri melihat keberhasilannya mendapat sebagian dari makanan rakyat.
Dengan sabar patih Karta menasehati patih Narta. Namun patih Narta justru mengejek nasehat patih Karta sehingga terjadilah adu mulut antara keduanya.
“Apa hakmu melarangku berbuat sesuatu yang aku sukai?”
“Tapi ini makanan milik rakyat! Lihatlah di luar sana rakyat buaya sangat menderita. Mereka sedang kelaparan! Kalau kau terus begini, kau akan kulaporkan kepada raja, agar kau dihukum dengan setimpal!”
Namun belum sempat Patih Karta melapor ke raja, Patih Narta menyerangnya dari belakang. Di antara mereka terjadi perkelahian hebat. Keduanya sama-sama kuat. Namun di mana pun kejahatan pasti kalah oleh kebenaran. Begitu juga dengan patih Narta. Ia pun mati. Kematiannya bukan karena serangan patih Karta, melainkan kepalanya membentur batu besar di tepi sungai karena terlalu bernafsu menyerang Patih Karta.
Hari itu juga Patih Karta melaporkan kejadian itu pada raja buaya. Ia juga menceritakan tingkah laku Patih Narta. Mendengar itu raja buaya sangat bangga pada Patih Karta yang sangat setia padanya. Sejak itu kehidupan rakyat buaya semakin aman dan tenteram karena dipimpin raja yang arif dengan seorang patih yang sangat setia.







0 comments:
Post a Comment