Ari

Interaksi Antara Tradisi Lokal Hindu Budha dengan Islam

M A K A L A H



 INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL HINDU BUDHA DENGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM

KATA PENGANTAR


Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah berjudul “INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL HINDU BUDHA DENGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.


Kadungora,  Oktober  2013

Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................. 1
B.     Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II    PEMBAHASAN
A.       Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di
Masyarakat....................................................................................... 2           
B.       Percampuran Kepercayaan Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam
Dalam Kehidupan Keagamaan di Kerajaan-Kerajaan
Bercorak Islam................................................................................. 4
C.       Perbandingan Konsep Kekuasaan di Kerajaan-Kerajaan Hindu
Buddha dengan Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam........................ 5
BAB III   PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................ 6
B.     Saran ......................................................................................... ....... 6
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk kebudayaan yang menjadi cirihas bangsa Indonesia.

B.     Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui nilai-nilai peninggalan budaya lokal, Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui budaya lokal, Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia.
3.      Untuk menyelesaikan tugas dari guru mata pelajaran sejarah
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Masyarakat
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam membawa banyak perubahan terhadap corak kehidupan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya budaya islam tidak menyebabkan hilangnya kebudayaan Indonesia pra-islam (prasejarah dan hindu-buddha), tetapi justru memperkaya keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan pra-islam yang baik terus di pertahankan dan di kembangkan sesuai dengan pola budaya islam dalam wujud akulturasi kebudayaan. Perwujudan akulturasi kebudayaan itu terlihat dari berbagai aspek kehidupan, misalnya seni bangun, seni rupa, seni tari, aksara, seni sastra, sistem pemerintahan, kalender, dan tasawuf.
1.      Seni Bangun
Seni bangun islam yang menunjukkan akulturasi dengan budaya pra-islam yang menonjol adalah makam dan masjid.
a.      Makam
Makam sebagai hasil kebudayaan zaman islam mempunyai cirri-ciri perpaduan antara unsur budaya islam dan unsur budaya sebelumnya. Misalnya dilihat dari segi fisik, tata upacara pemakaman, dan letak makam.
b.      Masjid
Dalam sejarah islam, masjid memiliki perkembangan yang beragam sesuai dengan daerah tempat berkembangnya. Di Indonesia, masjid mempunyai bentuk khusus yang merupakan perpaduan agama islam dengan budaya seteempat. Misalnya, dari bentuk bangunan, menara, dan letaknya.
2.      Seni Rupa
Cabang seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan seni lukis. Pola-pola hiasannya meniru zaman pra-islam, seperti daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan, garis-garis geometri, kepala kijang, dan ular naga. Contoh, masjid yang di hias dengan ukiran adalah masjid Mantingan, dekat jepara yang terdapat lukisan kera, ukiran gapura di candi Bentar di Tembayat, Klaten, yang dibuat pada masa Sultan Agung pada tahun 1633, dan gapura Sendang Duwur di Tuban.
Pada zaman islam juga berkembang seni rupa yang disebut kaligrafi, yaitu seni menulis indah .
3.      Seni Tari.
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk-bentuk tarian yang berkaitan dengan bacaan selawat dan dalam tarian itu sangat di pengaruhi oleh paham sufi(tasawuf). Misalnya, pada permainan debusyang di awali dengan bacaan ayat-ayat tertentu dari Alquran atau selawat dengan menggunakan lagu-lagu tertentu.
4.      Aksara
Sering dengan kedatangan islam ke Indonesia, masuk pula unsur budaya berupa huruf (aksara) arab. Aksara arab yang di gunakan dalam kitab suci agama islam (Alquran).
5.      Seni Sastra
Kesusastraan pada zaman islam banyak berkembang di daerah sekitar selat malaka (daerah melayu) dan jawa. Kebanyakan karya sastra pada zaman islam yang sampai pada kita sekarang ini telah berubah dalam bentuknya yang baru, baik bahasa maupun susunannya. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman itu berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat 1001 malam (alif laila wa laila).
6.      SIstem Pemerintahan
Pengaruh agama islam di Indonesia juga meluas di bidang pemerintahan sehingga terjadi pula prroses akulturasi antara kebudayaan islam dan kebudayaan pra-islam. Bentuk-bentuk akulturasi dalam bidang pemerintahan itu adalah sebagai berikut:
·         Penyebutan nama raja
·         Sistem pengangkatan raja
7.      Sistem Kalender
Ketika islam masuk ke nusantara, peninggalan islam berupa kalender Hijriyah pun ikut masuk. Kalender Hijriyah menggunakan perhitungan peredaran bulan(lunar system atau sistem komariah). Semakin banyaknya penganut islam di nusntara, makin banyak pula diantara mereka yang menggunakan kalender Hijriyah sehingga menimbulkan masalah. Hal itu karena pemakaian kalender Hijriyah tidak sama dengan kalender yang selama ini di pergunakan, yaitu kalender saka yang menggunakan perhitunganperedaran matahari (solar system). Akibatnya, muncul usaha untuk memperbaharui kalender dengan cara menggabungkan kedua sistem kalender tesebut.
8.      Filsafat (Tasawuf)
Berfilsafat adalah berpikir untuk mencari kebenaran yang hakiki. Orang islam kemudian merumuskan kebenaran melalui pendekatan tasawuf.
Bentuk-bentuk akulturasi ilmu tasawuf dengan budaya pra-islam tampak dalam hal-hal berikut:
·         Aliran Kebatinan
·         Karisma Wali
·         Filsafat Dalam Seni Budaya

B.     Percampuran Kepercayaan Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam Dalam Kehidupan Keagamaan di Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam
Di daerah-daerah yang belum terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama islam mempunyai pengaruh yang mendalam. Misalnya di aceh, banten, Kalimantan selatan, Kalimantan barat. Di daerah-daerah yang pengaruh kebudayaan pra-islam telah kuat seperti di jawa teengah dan jawa timu, agama islam bersentuhan dengan unsur-unsur budaya pra-islam, sekaligus menciptakan tatanan kehidupan sosial budaya yang penuh toleransi.
Proses akulturasi antara agama dan budaya pra-islam dan islam mengembangkan corak kehidupan keagamaan yang khas. Misalnya, tradisi pemakaman dengan segala atributnya yang seerba menonjol sebenarnya tidak dikenal dalam ajaran islam. Islam juga tidak mengenal kegiatan perkabungan dalam bentuk persedekahan. Di luar kewajiban untuk memperlakukan jenazah, mulai dari memandikan sampai dengan upacara pemakaman, juga tidak di kenal peringatan kematian seperti hari ke-1,2,3,7,40,100, atau ke-1000.

C.    Perbandingan Konsep Kekuasaan di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha dengan Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam
Menurut pandangan rakyat pada zaman Hindu-Buddha, raja dianggap sebagai seorang tokoh yang diidentikkan dengan dewa (kultus dewa-raja). Kekuasaan raja dianggap tidak terbatas. Ia tidak dapat di atur dengan cara-cara duniawi, tetapi dalam dirinya terdapat kekuatan yang mencerminkan roh dewa atau jiwa illahi yang mengendalikan kehendak pribadinya. Negara dianggap sebagai citra kerajaan para dewa, baik dalam aspek materialnya maupun aspek spiritualnya. Raja dan para pegawainya harus memiliki kekuasaan dan kekuatan yang sepadan dengan yang dimiliki oleh para dewa.
Jadi, dalam kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha maupun islam yang keramat sifatnya, konsep magis religius memainkan peranan yang menentukan. Konsep magis religius ini tidak hanya dalam membenarkan dan memperkokoh kekuasaan raja, tetapi juga dalam menjelaskan peranan orang yang memerintah dan yang diperintah serta hubungan antara raja dan rakyatnya.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya. Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran ) Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai dari Budaya Bangsanya

B.     Saran
Makalah yang telah saya selesaikan untuk memenuhi salah satu tugas dalam pembelajaran sejarah. Saya merasa makalaha ini masih jauh dari kesempurna. Maka saya dari itu, mengharapkan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah yang saya buat ini.
DAFTAR PUSTAKA

(Adaptasi) Pengaruh Bahasa Sanskerta oleh Bahasa Melayu Kuna dalam http://culture.melayuonline.com/?a=SlRSWi9xUksvQVRVY01rZQ%3D%3D%3D&l=(adaptation-the-influence-of-sanskrit-on-(ancient-malay=Indonesia download tanggal 2 Mei 2009.
James T. Collins, Bahasa Sanskerta dan Bahasa Melayu, (Jakarta: KPG, 2009) h.23.
Kathy S. Stolley, The Basics of Sociology, (Connecticut: Greenwood Press, 2005).
Kayato Hardani, Peristiwa Diglosia dalam Masyarakat Jawa Kuna: Suatu Interpretasi Linguistis atas Kehadiran Unsur Serapan Bahasa Sanskerta di dalam Prasasti Bahasa Jawa Kuna Abad 9-10 Masehi, (Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, tt) h.3.
Koentjaraningrat, Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, Cet.22, 2007) h. 21. 

0 comments:

Post a Comment