CONTOH
PERILAKU YANG MENCERMINKAN HORMAT DAN PATUH
KEPADA
ORANG TUA DAN GURU
A. Birrul Walidain
1.
Pengertian Birrul Walidain
Istilah Birrul Walidain terdiri
dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu
bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat
kebajikan terhadap kedua orang tua.
2.
Kedudukan Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat
besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar
jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan
mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia
berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan
mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak
terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis
saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan
dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]
3.
Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun
bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
- Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua,
taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak
menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya
berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
- Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua,
bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur
kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[1][7]
- Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam
berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh,
maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan
ajaran Islam.
- Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil.
Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu
orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
- Mendoakan
Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirta.
- Menjaga
kehormatan dan nama baik mereka.
- Menjaga,
merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
- Setelah
orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan
cara antara lain:
–
Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
–
Melunasi semua hutang-hutangnya
–
Melaksanakan wasiatnya
–
Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
–
Memuliakan sahabat-sahabatnya
–
Mendoakannya.
4. Doa
Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin
mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran
yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar
dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa
yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam
Q.S.Ibrahim:41
- Ya
Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
- dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
B.
‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai
kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci
oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini
mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan
juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu
tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan
terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka
di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik,
tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam
tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di
dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada
orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-lebih lagi
bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)
C.
Akhlak Kepada Guru
·
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik
murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi
kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah
tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
·
Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak
menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak
memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” (
HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
·
Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat
belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu
padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad,
Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
·
Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat
belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
·
إِنَّ
اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada
keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
·
Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan
ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
·
وَ
سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas
kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
·
Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata
: “Bila kamu melihat ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang
menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit
rasa malunya.”( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
·
Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada
guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman
:
·
فَاسْأَلُوْا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama )
bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’ : 7 )
·
Rosululloh saw bersabda :
أَلاَ
سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ?
Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )
·
Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada
faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang
buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
·
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ
تَسُؤْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs.
Al-Maidah : 101 )
·
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَعْظَمَ
الْمُسْلِمِيْنَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ
أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya
adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas
menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan
Muslim )
·
Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan
bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang
bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam
Al-Jami’ )
·
Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila
melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh
:
·
الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ
وَ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya :
“Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan
Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk
orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )
D.
Akhlak terhadap orang tua menurut etika :
Orang tua
adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita
sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara
sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang
lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk
membahagiakan kita.
Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita,
sehingga sudah sepantasnya kita sebagai orang yang berpengetahuan haruslah
menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita
yang sesuai dengan etika adalah :
1.
Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala
perintahnya, asalkan perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama dan
tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat. Meskipun orang tua kita
berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh menyinggung perasaan
mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun
mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita semenjak kita kecil.
Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat
aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh
perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada orang tua.
2.
Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada
keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus menerimanya dengan lapang dada.
3.
Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan
berseri-seri. Janganlah meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan
jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4.
Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah
memotong pembicaraannya.
5.
Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga,
terutama jika orang tua sudah berusaha lanjut.
6.
Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam
perbuatan maupun perkataan.
7.
Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun
kita dalam perantauan ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu
menepati janji kita, dan menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
8.
Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya
oleh Allah swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak
terhadap orang tuanya adalah sebagai berikut:
- Mendengarkan
pembicaraannya.
- Melaksanakan
perintahnya.
- Tidak
berjalan di depannya.
- Tidak
mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
- Menjawab
panggilannya.
- Berkemauan
keras menyenangkan hatinya.
- Menundukkan
badannya.
- Tidak
mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
- Tidak
memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap
orang tua menurut etika
E.
Akhlak Kepada Guru Menurut Etika
Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut
ilmu kepada seorang guru. Demi untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan
mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah diperoleh dari seorang guru, maka
seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim),
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Seorang murid hendaklah hormat kepada guru,
mengikuti pendapat dan petunjuknya.
- Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih
dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa dengan beliau.
- Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan
keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan,
sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari beliau.
- Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami
hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak melupakan jasanya.
- Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika
menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan keras.
- Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di
hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat sambil mendengarkan,
memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya. Jangan
duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
- Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya
dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian yang bersih.
- Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di
depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
- Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan
tujuan untuk mengujinya dan menampakkan kepandaian kepada guru.
- Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di
hadapan guru
- Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah
kepada orang lain ditengah majlis guru.
- Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya,
apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna
- Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut
berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
- Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu
persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
- Seorang murid hendaklah tidak menghentikan
langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak berguna.
- Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka
terhadap apa yang dilakukan oleh guru ( guru lebih mengetahui
tentang apa yang dikerjakannya).
- Seorang murid hendaklah tidak mendahului
jalannya ketika sedang berjalan bersama.
- Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara
hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah
pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai berbicara
dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan
dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
- Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk
sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada
guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan kesanggupannya
dan agar guru tidak merasa terganggu.
- Murid haruslah berkata jujur apabila guru
menanyakan suatu hal kepadanya.
- Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk
bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa
saying kita terhadap beliau.
- Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau (
karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu mengingat jasanya dan
tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita
setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita
berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati orang tua kandung kita,
maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati
orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari
kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan
Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah
oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian
menuntut ilmu darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)





0 comments:
Post a Comment